
Siang memang sudah berlalu,
saat itu mentari tidak tampak lagi di muka bumi ini. Mungkin untuk sejenak ia beristirahat dibalik pekatnya malam. Hanya bintang dan rembulan yang berkelip menghiasi hamparan langit. Sebersit cahaya-cahaya kilau rembulan kiranya tengah menerangi setiap sudut bumi.Satu malam yang cukup panjang. Untuk ia yang tengah bersedih. Zahra Ainunnisa mengingat memori kehidupannya dulu. Satu waktu ketika dia dipermainkan oleh hati. Mungkin sejenak luka itu akan mengukir satu sejarah baik dalam hidup Zahra. pengalaman yang dijadikan pelajaran
untuk Zahra. Sungguh tidak dapat disangka dapat melanda kehidupan Zahra yang berparas cantik ini. luka yang mereka torehkan kini menjadi ramuan kuat yang menuntun Zahra pada satu prinsip kuat yang dulu Zahra hiraukan. Di sisi ruang yang terang itu Zahra menuliskan kekesalannya. Kata demi kata terangkai menjadi satu kalimat yang menggambaran isi hatinya. Entah itu kelam, buruk, menyeramkan, atau mungkin sesuatu yang indah. Untuk saat ini itu hanya menjadi rahasia. Mungkin saja pengharapan-pengharapan Zahra untuk menjadi wanita yang lebih baik mengawali torehan tinta hitam diatas kertas putih itu. Meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk menjadi