Jumat, 22 Juli 2011

Biarkan Hati Membawa Kita Kembali



Siang memang sudah berlalu,
saat itu mentari tidak tampak lagi di muka bumi ini. Mungkin untuk sejenak ia beristirahat dibalik pekatnya malam. Hanya bintang dan rembulan yang berkelip menghiasi hamparan langit. Sebersit cahaya-cahaya kilau rembulan kiranya tengah menerangi setiap sudut bumi.Satu malam yang cukup panjang. Untuk ia yang tengah bersedih. Zahra Ainunnisa mengingat memori kehidupannya dulu. Satu waktu ketika dia dipermainkan oleh hati. Mungkin sejenak luka itu akan mengukir satu sejarah baik dalam hidup Zahra. pengalaman yang dijadikan pelajaran
untuk Zahra. Sungguh tidak dapat disangka dapat melanda kehidupan Zahra yang berparas cantik ini. luka yang mereka torehkan kini menjadi ramuan kuat yang menuntun Zahra pada satu prinsip kuat yang dulu Zahra hiraukan. Di sisi ruang yang terang itu Zahra menuliskan kekesalannya. Kata demi kata terangkai menjadi satu kalimat yang menggambaran isi hatinya. Entah itu kelam, buruk, menyeramkan, atau mungkin sesuatu yang indah. Untuk saat ini itu hanya menjadi rahasia. Mungkin saja pengharapan-pengharapan Zahra untuk menjadi wanita yang lebih baik mengawali torehan tinta hitam diatas kertas putih itu. Meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk menjadi  satu tekad bulat yang Zahra rencanakan. Jugameninggalkan kebiasaan remaja jaman sekarang yang menomor satukan pacaran. Sedikit menyinggung sebagian remaja sekarang yang berpandangan bahwa memiliki seorang pacar itu adalah satu keharusan.
Padahal tidak selamanya seperti itu. Zahra merasa risih juga dengan
perilaku remaja sekarang yang semakin hari semakin menjauh dari norma. Mereka tahu kelak buah yang akan mereka petik adalah hasil perilaku mereka sekarang. Zahra hanya berdoa semoga dirinya dan semua saudaranya mampu di terangkan jalan hidup mereka dengan hidayah dari Yang Maha Agung. Amin.. “ Hai ra, belum tidur?” sapa kakak perempuan Zahra yang tiba-tiba saja masuk tanpa permisi. “ aduh, kakak ini bikin kaget tau!” Zahra terhentak dari lamunannya . “ hmm. iya nih ka, lagi susah tidur. kakak sendiri ada apa ke kamar Zahra?” perlahan Zahra pun menggeser posisi duduknya dan menutup diary yang sebelumnya ia pegang. “ gak ada yang penting sih. Cuma penasaran, Kakak lihat sepertinya kamu belum tidur, sedang memikirkan apa?” tanya Nuraisyah pada Zahra. “ oh, ga ada apa-apa ko ka” “ ehm, kakak mau cerita nih.” Kak Aisyah terlihat begitu bersemangat dan mulai duduk di tempat tidur . “Kamu kenal gak dengan Yusuf? Dia itu satu angkatan sama kakak.” “ Yusuf.” Zahra sedikit mengerutkan dahinya. “ baru denger kak. Emang kenapa?” mendengar pertanyaan itu Zahra jadi penasaran. “ oh.” Kini nada bicara Aisyah terdengar kecewa. “Padahal Yusuf itu baik. Baru sebentar kakak kenal dengan Yusuf langsung akrab loh. Memang sih awalnya dia pemalu tapi ternyata orangnya asik. Terus sopan, ramah, pinter lagi.” Nuraisyah menerangkan sosok lelaki itu dengan detail. “ lalu, kenapa kak? Kakak suka dengan Yusuf yah?” Zahra bertanya dengan nada bercanda. “ eh..eh, enggalah. ” Nuraisyah langsung menyanggah dan sedikit tertawa. “kakak ini cuma cerita, mungkin aja kamu mau kenal ma dia.”tambah Nuraisyah pada Zahra. “ oh. Dimana-mana yang ngajak kenalan tuh laki-laki bukan perempuan. Biarin ajalah kak, nanti juga kalo memang mau kenalan ma Zahra, pasti dia kenalan. Zahra mau lebih selektif milih temen laki-laki kak.” Ucap Zahra sambil menyimpan bukunya di meja belajar. “ iya, kamu bener juga. Tapi kakak pikir dia juga pasti seneng kalo kamu ajak dia kenalan.” Nuraisyah mencoba membujuk Zahra. “Ya sudah lain waktu kalo ada dia kakak kenalkan Zahra yah!” “Lusa depan kakak ada rapat, nanti pasti kakak kenalkan.” Aisyah pun menjawab dengan seyuman. Malam panjang itu sedikit berlalu dengan percakakapan antara kedua adik dan kakak ini. Zahra yang lelah, terlelap tidur. Terbawa oleh mimpi-mimpi yang tak pernah dapat dimengerti. Satu hal yang Zahra sukai adalah memimpikan impiannya menjadi penulis Novel yang terkenal sejagat raya. Malam itu bulan dan bintang ikut tersenyum melihat perempuan ini tertidur pulas. *** Matahari telah kembali terbit,membawa sinar kehidupannya yang terang. Seperti tak kenal lelah, hari itu pulang sekolah Zahra menyempatkan waktunya untuk pergi ke perpustakaan. Memang rajin sosok perempuan ini, selain cantik, baik, pandai juga. Banyak laki-laki yang menghormatinya, tapi tak banyak juga yang sempat menorehkan luka dihati perempuan ini. langkah kaki perempuan ini terlihat menuju masjid sekolah yang berada cukup jauh dari perpustakaan. “hei, Ra! Mau pulang bareng?” teriak Kak Aisyah dari teras masjid itu. Segelintir orang sedang riuh mengambil wudhu dari keran di samping masjid itu. Pemandangannya sangat asri dan juga nyaman. Ya, namanya juga Rumah Allah. Zahra hanya berjalan santai sambil tersenyum. Meneruskan langkahnya menuju masjid. “iya kak.” Jawab Zahra setelah ia dekat dengan Kakaknya. “ tunggu bentar yah, kakak mau ambil tas didalam.” Kak Aisyah pun mengambil tasnya. Duduklah Zahra di teras masjid itu, menunggu kakaknya yang terlihat masih mengobrol dengan temannya. Sepertinya penting, Zahra pun memaklumi. Orang-orang yang berada di sekelilingnya terlihat memperhatikan, mungkin karena Zahra jarang berada di wilayah itu. Wilayah ini lebih sering di dominasi oleh para siswa yang ikut organisasi Remaja Mesjid. Sabar menanti, sampai ada sosok lelaki yang menghampirinya. “ Assalamualaikum.” Sapa laki-laki itu. “ walaikumsalam.” Jawab Zahra dengan tersenyum tanpa melirik. “ adiknya Kak Aisyah yah?” tanya laki-laki yang sama sekali tidak Zahra kenali. “ iya, kamu siapa yah?” Zahra mulai melirik. “ aku Yusuf.” Senyuman lelaki itu begitu membuat perasaan Zahra menjadi aneh. “ oh..,” jawab Zahra sambil membenarkan kerudungnya. Hati Zahra berdegup kencang saat mendengar nama lelaki itu. jadi ini Yusuf yang sering Kak Aisyah ceritakan Zahra bergumam dalam hatinya. “ kamu Zahra kan?” laki-laki itu kembali melontarkan pertanyaan. “ ehm iya aku Zahra.” Zahra hanya menjawab dengan singkat. “ Eh, ternyata udah kenalan yah?” suara Kak Aisyah mengusik perbincangan Yusuf dengan Zahra. “ Kakak, udah beres. Kalo gitu kita pulang yuk!” Zahra kaget dan mencoba menyembunyikan perasaannya. “Eh ko cepet-cepet? Gak pamitan dulu ma Yusuf.” Tanya Kak Aisyah dengan sedikit bercanda. “ oh iya. Maaf.” Zahra terlihat malu, dan hanya bisa tersenyum pada Yusuf yang berada di depannya. “Yusuf, kakak pulang dulu yah.” Kak Aisyah mencoba membantu Zahra untuk berpamitan pada Yusuf. Itulah adegan yang pertama terjadi. Bertatapan langsung dengan laki-laki yang selama ini hanya mampu ia bayangkan lewat penuturan dari kakanya. Ternyata ada sesuatu yang tersembunyi di dalam hatinya. Mengapa harus berdegup begitu kencang? Hati Zahra bertanya dalam kesunyian. Semua Zahra acuhkan, dan mencoba melupakan semuanya. Ini hanya kebetulan. *** Ketika pagi datang. Mentari menyapa dunia dan memberi seberkas kehidupan pada semua makhluk. Memberikan rona baru untuk semua insan yang menikmati hidup di dunia karena Allah. Hari berganti hari, malam berlalu cukup cepat. Hingga tidak terasa 3 bulan telah menjadi hiasan kehidupan Zahra yang tidak akan terlupakan. Tumbuhlah satu perasaan yang tidak terpikirkan, sulit untuk disembunyikan dan malu untuk dinyatakan. Seperti mekarnya bunga mawar yang diam-diam mengembangkan kelopak bunganya di bawah terik mentari. Malu pada sosok yang setia memberikan kekuatan hidup untuknya. Sungguh menarik skenario yang allah buat, bagaikan film cinta yang mengagungkan pujaannya. Rasanya semakin kuat dan membawa Zahra terhayut dalam kebahagian. Begitulah perasaan Zahra saat itu. Satu perasaan yang sebenarnya Zahra tak harapkan kini tumbuh dan menyatu dengan hatinya. Mencoba membuat pikiran Zahra teracuni. Setiap saat Zahra terpikirkan akan sosok laki-laki yang baru saja ia kenal 3 bulan yang lalu. “ Andai suatu saat nanti dia datang mengkhitbahku” Zahra sempat bergumam dalam lamunannya di ruang tamu yang begitu teduh. Namun perasaan Zahra terhalang kuat oleh tembok prinsip yang telah ia bangun cukup lama dengan susah payah. Zahra kembali pada kenyataan, dan tak mau lagi ia tenggelam pada keterlenaan dunia. Zahra hanya ingin Cinta Ilahi, cinta yang tak akan pernah putus. Dicintai dan di sayangi Dia lah satu hal yang sangat indah. kringg…, pesan masuk di ponselnya Zahra. “ Assalamualaikum Zahra, kamu tidak lupa kan sore ini jadwal kamu siaran. Materi sudah siap. Aku tunggu kamu di studio.” “ OK.., aku berangkat sekarang!” pesan singkat itu kembali terkirim, dengan bergegas Zahra bangun dari tempat duduknya dan menuju kamar tak jauh dari ruang tamu tempat ia merenung. Honda beat siang itu meluncur dengan kecepatan sedang, Zahra punya waktu setengah jam lagi untuk siaran. Selain aktif di sekolah, Zahra juga punya hobi dan bakat yang bagus. Menjadi seorang penyiar adalah kenginannya sejak SMP. Namun baru saat ini ia mampu merealisasikan keinginanya. Menjadi penyiar Remaja Muslim di Radio yang cukup terkenal di Jakarta. Sejenak perasaan itu terlupakan ketika Zahra menyibukan dirinya. 2 jam kemudian Zahra selesai siaran. Menyempatkan waktu untuk berbincang dengan teman-teman sesama penyiarnya menjadi satu keharusan bagi Zahra. Selain mempererat silaturahmi Zahra memang tipe perempuan yang suka berbincang-bincang mengenai sesuatu hal yang menarik dan bermanfaat. “ minggu depan aku libur sekolah, ga bisa siaran.” Ucap Zahra di tengah perbincangan itu. “memang mau kemana?” Lia teman siaran Zahra merespon. “ pasti mau liburan keluar kota lagi yah?? Itu sih udah jadi kebiasaan keluarga kamu kan” timpal Argi. “ iya, pasti kalian bakalan kangen kan ma Zahra. Tenang setelah beres liburan Zahra pasti langsung balik dan siaran lagi. He.he.” Zahra terdengar percaya diri dan sedikit bercanda. “ aduh…aduh… Si peri cantik ini PD nya lagi kambuh. Tapi tak apa lah, kami memang bakalan kengen ma ocehan kamu yang selalu menarik itu. di tunggu aja kiriman oleh-olehnya.”kali ini Bos Zahra yang menjawab dengan nada yang santai. “ eh, maaf pak.” Muka Zahra jadi merah karena malu. “ tidak apa-apa ko, Bapak seneng. kalian rajin kerja, sekarang waktunya kalian istirahat. Lagi pula karyawan disini masih banyak, jadi gantian. Ya sudah Bapak masih ada urusan. Kalian teruskan saja ngobrol-ngobrolnya.” Bos Zahra memang terkenal sangat baik. Karena itulah Zahra begitu betah kerja berlama-lama di radio itu. bahkan kegiatan di luar sekolahnya ini sama sekali tidak memberikan dampak buruk pada nilai rapot Zahra. Bahkan Zahra tetap menjadi juara pertama di sekolahnya. *** Udara panas di sepanjang jalan itu membuat Zahra kurang bersemangat, hanya mampu berdiam dan menuliskan kata-kata yang terangkai di dalam pikirannya. Mobil Honda Jazz berwarna merah muda itu melaju membelah jalanan panjang menuju Bogor. Hari libur yang panjang menuntun hati Zahra untuk berlibur ke rumah Neneknya yang tinggal Bogor kota hujan. Dengan hati yang riang, Zahra tak sabar lagi untuk cepat-cepat bertemu dengan neneknya. Begitupun yang dirasakan Umi Habibah dalam penantianya menunggu cucu tersayang. “ Nenek…,” suara Zahra menggema. Umi habibah yang setia menunggu Zahra, selintas melihat kedua cucunya yang berlarian menuju rumah. “ Aisyah…. Zahra….” Lirihan suara itu sungguh terdengar di telinga Zahra dan Aisyah. Pelukan erat terjalin di antara mereka. Semua rasa rindu, sayang, dan cinta tersampaikan. “ udah makan cucuku ini?” tanya Umi pada Zahra. “ belum Nek, Zahra kan ingin makan makanan buatan nenek.” Jawab Zahra dengan sedikit manja. “tadi dijalan juga Zahra sudah diajak untuk makan nek, tapi malah ingin mencicipi makanan nenek katanya.” Timpal ibu halimah, ibunda Zahra. “ eh sekarang Zahra pake jilbab yah.” “ iya nek, Zahra jadi lebih cantik dan lucukan kalo pake jilbab.”jawab Zahra sambil tersenyum genit. “uh.., kamu ini udah gede gini. Tapi sikapnya masih kayak anak umur 10 tahun.” Kak Aisyah meledek Zahra yang sedari tadi mendekati neneknya saja. “ biarin, mumpung gak ada temen-temen. He.he” jawab Zahra. “ sudah, kita istirahat dulu didalam.” Ayah Zahra mengajak Zahra dan Aisyah untuk masuk kedalam rumah.

Tidak ada komentar: